Apa itu Big Data? (KHSB #20 )

Akhir-akhir ini sering mendengar kata big data di mana-mana,  dengar kata data saja kayaknya sudah serem apalagi data yang besar? Mendengarkan kata big data kita membayangkan sebuah monster yang besar, menyeramkan…

Tapi apa sih sebenarnya makhluk yang namanya big data itu?

Mari kita bahas bersama..

Big data adalah aktivitas untuk mengumpulkan sejumlah besar data dari berbagai sumber untuk mengidentifikasi trend dan pola data tersebut.

Informasi itu kemudian dipergunakan oleh perusahaan atau siapa saja untuk lebih memahami perilaku masyarakat, apa saja keinginan serta kebutuhan mereka. Dan pada akhirnya informasi ini juga dapat dipakai untuk pengambilan keputusan.

Masih ingat ya waktu kita membahas tentang ekonomi keperilakuan, ternyata memahami perilaku manusia juga bisa  memberi nilai tambah ekonomi.  Big data ini yang menjadi alat perantaranya.

Awalnya di era teknologi internet sekarang ini, semakin banyak orang yang membagi data-data pribadinya di sosial media,  misalnya yang punya akun Facebook sering tidak sadar kita mencantumkan  data pribadi dari mulai nama sekolah, komunitas, hobi, kesukaan makanan favorit bahkan sampai status hubungan kita dengan orang lain.

Ketika kita menulis hobi kita bersepeda,  jangan kaget nanti Facebook anda juga akan dipenuhi segala jenis iklan produk sepeda, dari mulai sepeda balap, sepeda gunung, sepeda lipat sampai sepeda roda tiga.

Hati hati juga ya ketika menulis status, data status kita juga bisa dimanfaatkan oleh pengiklan. Misalnya kita nulis status “lagi ditoilet ni”, tidak lama kemudian muncul iklan toilet duduk, toilet berdiri, maupun toilet jongkok.

Sebenarnya sedikit susah juga menganalisis data tidak terstruktur seperti status tersebut, lebih mudah menganalisis data terstruktur seperti web traffic atau struk belanja.

Jadi misalnya bisa saja, sebuah supermarket disuatu daerah akan menganalisis data penjualan dan struk belanja pengunjung toko, untuk memperkirakan kira-kira barang apa saja yang laku di daerah itu.

Ini yang disebut dengan Data Driven Marketing atau pemasaran berbasis data.

Ada 3 V yang penting dipahami oleh setiap pemasar berbasis data.

  1. Volume (seberapa besar jumlah data),
  2. Velocity (seberapa cepat perubahan data) dan
  3. Variety (Seberapa besar variety atau variasi data terjadi).

Dengan memahami 3V tersebut kita bisa menerapkan prinsip pareto untuk menaikkan penjualan atau digunakan untuk hal lainnya.

Prinsip Pareto Atau Pareto Principle dikenal juga sebagai aturan 80/20.

Artinya, hampir 80% dampak sebetulnya hanya datang dari 20% penyebab saja.

Misalnya,

80% keuntungan sebenarnya datang dari 20% pembeli.

80% kecelakaan atau 80 % kemacetan sebenarnya  hanya terjadi di 20 % lokasi saja.

Jadi polisi bisa fokus untuk patroli dilokasi ini saja.

Atau misalnya, 80 % pangsa pasar dikuasai oleh 20% kompetitor.

80% penjualan datang dari 20% cabang atau kategori produk tertentu.

Perusahan yang bergerak dalam aktivitas big data ini masih terus mencari cara bagaimana menggali data terstruktur dan tidak terstruktur. Cara-cara baru untuk menggali data tidak terstruktur terus dikembangkan misalkan image atau face recognition untuk mengenali pola pola gambar/visual yang diminati konsumen.

Aktivitas penggalian data ini yang biasa disebut sebagai data mining. Didefinisikan sebagai serangkaian proses untuk menggali data dan mengolahnya menjadi informasi yang berharga untuk mengambil keputusan.

Karena sebenarnya tidak semua data itu berharga, banyak diantaranya yang sebenarnya adalah sampah (trash) mungkin kita perlu memahami juga yang namanya model DIKW pyramid.

Jadi yang paling bawah adalah data, atau sekumpulan fakta, dan tidak semua fakta itu berharga, fakta yang berharga adalah fakta yang punya makna ini yang kemudian disebut Informasi. Biasanya terkait apa, siapa, dimana, kapan (what, who, where, when).

Pada level yang tinggi informasi yang diolah bisa menjadi pengetahuan (knowledge) yang berguna untuk menjawab pertanyaan bagaimana atau how?

Dan level yang lebih tinggi lagi disebut wisdom atau kearifan yang membantu kita memahami fenomena, mengapa fenomena itu terjadi atau why.

Misalnya, ada air turun dari langit (itu fakta). Sebelum hujan turun, langit menjadi mendung dan suhu turun, itu Informasi). Dari sini kita mendapat pengetahuan jika kelembaban udara sangat tinggi, awan menjadi berat oleh titik air dan kemudian suhu dibawah awan menjadi turun, itulah bagaimana terjadinya hujan (ini adalah knowledge).

Sekumpulan pengetahuan itu membuat kita jadi lebih bijaksana memahami mengapa hujan harus turun, apa hubungannya dengan temperatur tingkat evaporasi dan lain sebagainya dan mengapa kita harus sedia payung sebelum hujan, ini yang disebut dengan wisdom.

Sepertinya trend Big Data ini akan terus berkembang di masa depan. Boleh percaya boleh tidak,  setiap detik ada 1,7 megabyte informasi baru yang dikumpulkan dari perilaku seseorang. Diperkirakan pada tahun 2020 ada 4,3 trillun Gigabytes data. Sangat besar sekali sehingga teknik pengumpulan, penyimpanan dan pengolahan data tersebut terus dikembangkan salah satunya melalui cloud computing atau menyimpan dan menganalisis data diatas awan.

Maksudnya adalah menaruh data di jaringan web internet dari berbagai server yang berbeda beda.

Saat ini big data bukan hanya dipakai untuk keperluan pemasaran tapi juga untuk memprediksi cuaca, pergerakan harga saham, prediksi kemacetan dan kecelakaan hingga  pola penyebaran penyakit, tindak kejahatan dan masih banyak lagi yang membuat Big Data sangat penting di masa datang. Bahkan pemerintah kini juga sudah mulai  mengembangkan proyek big data untuk mengamati perilaku warganya di dunia internet.

Tentunya kita jadi tahu jejak digital kita bisa menjadi sumber informasi yang akan dimanfaatkan oleh orang lain,  bisa  dimanfaatkan untuk hal baik tapi bisa juga dimanfaatkan untuk hal yang buruk. 

Kita bisa mulai berhati-hati dengan tidak sembarangan membagi informasi yang tidak perlu, pasang status yang complicated, menyebar hoax dsb.

Hati-hati juga ketika kita menginstal aplikasi biasanya ada permintaan aplikasi tersebut akan mengakses daftar kontak kita, lokasi GPS bahkan sampai akses media foto, video dan apapun yang kita tulis di sosial media, search engine dan sebagainya akan terdokumentasi.

Jadi di era big data ini kita juga harus punya kewaspadaan digital yang juga big, agar jangan sampai informasi digital kita dimanfaatkan untuk hal-hal buruk.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *