Coba deh kita lihat di sekitar kita, rasa rasanya semakin banyak ya Orang yang mengambil keputusan tidak berdasarkan rasionalitas. Misalnya nih banyak orang yang sudah tahu bahaya merokok tapi tetap saja merokok.

Orang yang jelas permah tersangkut korupsi masih saja bisa ikut Pilkada dan menang lagi. Banyak lagi yang milih.
Kok bisa seperti itu ya, ada irasionalitas yang sepertinya sangat masif dan sistematis.
Dan sayangnya irasionalitas itu bukan hanya terjadi di luar sana, tapi juga bisa saja kita alami di dalam kepala kita, ini yang disebut sebagai systematic thinking error atau dalam bahasa psikologis populer biasa disebut sebagai Bias Cognitif Atau Cognitive Bias.
Sebelumnya kita sudah pernah membahas tentang tentang ekonomi keperilakuan atau behavior economics, suatu cabang disiplin dalam ilmu ekonomi yang mempelajari irasionalitas dalam pengambilan keputusan manusia.
Cognitive bias itu adalah salah satunya, istilah Ini pertama kali diperkenalkan oleh Amos Tversky dan Daniel Kahneman, pada tahun 1960 yang meneliti Kenapa orang itu mengambil keputusan yang Tidak masuk akal.
Tversky dan Kahneman mematahkan asumsi yang ada sebelumnya bahwa manusia selalu mengambil keputusan secara rasional berdasar data yang ada atau yang disebut rational choice Theory.
Berbeda dengan mesin, ternyata otak manusia lebih memilih untuk tidak menggunakan data data yang rumit dalam mengambil keputusan, tapi lebih mengutamakan menggunakan data sederhana yang membuat kita merasa nyaman, padahal data itu belum tentu benar. Ini yang disebut sebagai pengambilan keputusan secara Heuristic didefinisikan sebagai jalan pintas dalam pengambilan informasi melalui penyederhanaan informasi bukan untuk solusi yang terbaik tapi mungkin menjadi solusi yang cepat untuk memenuhi kebutuhan.

Irasionalitas keputusan ini ternyata bukan hanya kita temui di bidang ekonomi tapi juga politik hingga kedokteran, dan untuk penelitian ini yang mendapatkan hadiah Nobel ekonomi pada tahun 2002.
Cognitive Bias definisikan sebagai proses terjadinya distorsi persepsi penilaian tidak akurat dan interpretasi yang tidak logis dalam pikiran manusia.

Cognitive bias ini bisa muncul dalam berbagai bentuk:
Yang pertama adalah conformation Bias, atau bias konfirmasi. Kecenderungan untuk mencari pembenaran atas suatu pendapat bukan kebenaran. Misalnya siap-siap jelang Pemilu, Ketika seseorang sudah terlanjur membenci salah satu calon, dia akan mencari cari kesalahan dan kekurangan dari calon yang dibencinya. Apapun yang dilakukan calon itu pasti salah.
Yang mirip dengan ini adalah Observational Selection Bias, atau bias seleksi observasi. Misal ketika kita suka dengan mobil merk tertentu, tiba-tiba kita merasa sering melihat mobil merek tersebut berseliweran di jalan. Jadinya kita menjadi semakin ingin membeli mobil tersebut. Padahal ya mungkin merk yang lain juga sama banyaknya. Artinya kita tertipu oleh pikiran kita sendiri.
Jenis bias yang lain adalah bias kelompok (In Group Bias), kecenderungan untuk menganggap kelompok kita lebih baik dari yang lain dan cenderung melecehkan yang lain, misal kelompok partai, suku, ras bahkan sampai kelompok golongan dalam satu agama. Jadi siap siap nanti ramai perdebatan antar kaum bani seprei lawan kaum hidung pendek, atau kaum bumi bulat lawan kaum cbumi kotak. jangan ikut kebawa emosi ya… dinikmati sambil ngemil popcorn aja.
Bentuk lain dari Bias kelompok ini ada juga yang namanya Group Think, kecenderungan manusia lebih percaya pada apa yang dikatakan orang lain atau kelompoknya daripada apa yang ia yakini sendiri. Yang membuat orang cenderung untuk ikut-ikutan latah, mencontoh yang dilakukan orang lain tanpa berpikir panjang. Ini yang disebut sebagai Herd Instinct yang sudah pernah kita bahas dalam materi Behavioral Economics.
Ada juga yang namanya Post-Purchase Rationalization (rasionalisasi pasca beli), ketika seseorang terlanjur memutuskan membeli barang yang mahal dan tidak penting atau mungkin cacat, seseorang cenderung untuk Mencari rasionalisasi atau pembenaran atas keputusan konyol tersebut. Ini yang disebut juga dengan Buyer’s Stockholm Syndrome. Sama Ketika seseorang telah mencoblos, dan pilihannya menang Pilkada, ia akan cenderung selalu membela dan mencari pembenaran atas kesalahan yang dilakukan tokoh idolanya.
Contoh bias kognitif yang lain adalah illusory correlation, kecenderungan seseorang untuk mengaitkan dua hal yang tidak ada hubungannya. Misalnya kita Masih sering mendengar, jangan menikah sama orang Sunda soalnya Orang Sunda itu gini gini gini, jangan menikah sama orang Sumatera Soalnya orang Sumatera itu gitu gitu gitu, jangan menikah sama orang Jawa Soalnya orang Jawa Itu ngono ngono ngono..padahal tidak ada hubungannya, sunda sama gini2, sumatra sama gitu2 atau jawa sama ngono2.
Ada juga yang namanya Reactance, kecenderungan manusia untuk melakukan hal sebaliknya, atas apa yang diperintahkan.
Misalnya Dalam video ini Perintahnya jelas Jangan melihat ke dalam lubang, Nah tapi lihat nih apa yang kemudian terjadi?..
(Video Lucu)
Hehe padahal perintahnya jelas ya.. ini yang biasa disebut dengan Reverse Psychology, atau psikologi terbalik.Makanya banyak yang bilang juga nih ya hati-hati jangan terlalu banyak melarang larang anak, yang terjadi bisa sebaliknya. Karena ada yang bilang anak ini seperti pasir semakin digenggam justru semakin lepas.
nah seru juga ya Belajar tentang bias kognitif ini, dan masih banyak Sekali jenis bias kognitif yang belum dibahas dalam video ini. Nah mungkin untuk kuliah kali ini ada PR ya..Untuk mencari tahu jenis bias kognitif yang lain, Ada yang namanya ambiguity effect, anchoring, automation bias, Decoy Effect, Framing Effect, streotyping, ostrich Effect, Money Ilussion, loss aversion, status quo effect, negativity bias,…wuihhh banyak banget.. Silahkan dipelajari sendiri yaaa.. Minggu depan dikumpulkan, bisa lewat bagian komentar dibawah ini.
Kenapa sih kita mesti mempelajari tentang kognitif bias ini atau fenomena pengambilan keputusan yang tidak rasional. Ada tiga hal, yang pertama untuk lebih memahami bagaimana sebenarnya proses pengambilan keputusan di kepala kita baik yang rasional maupun tidak, yang kedua untuk lebih bisa memahami cara berpikir orang lain, termasuk lebih bijak dalam mencerna ketidakrasionalan disekitar kita dan yang ketiga yang paling penting tentunya, dengan mempelajari jenis bias kognitif bisa membantu kita mengkondisikan pengambilan keputusan terbaik untuk kita.